Author: Achmad Irfan Muzaki

  • Ngaji Rejeki Digital, Wejangan Mbah Semar soal Inflasi lan Bitcoin

    Ngaji Rejeki Digital, Wejangan Mbah Semar soal Inflasi lan Bitcoin

    Ngaji Rejeki Digital

    Wejangan Mbah Semar soal Inflasi lan Bitcoin

    Ditulis sehabis ndonga Subuh sambil ngopi jahe dan buka chart candlestick.

    Anakku kabeh, sing padha bingung…

     

    Rejeki iku ora mung soal kerja keras, tapi soal ngerti kapan megang, kapan nglepas. Saiki jaman wis beda. Uang kertas wis mulai rapuh, kaya daun kering diterpa angin wacana. Inflasi teka kaya tuyul, nyedhot tabunganmu pelan-pelan. Gaji naik lima persen, tapi harga cilok naik sepuluh.

     

    Maka Mbah paring wejangan:

    Ojo Gumantung Mung Karo

    Dompet Plastik

    Uang kertas saiki akeh gambare pahlawan. Tapi coba takon:
    “Yen pahlawane ngerti duit e malah terus-terusan nyusut, kira-kira nesu ora?” Nabung di bawah kasur? Lha inflasi mlebu lewat mimpi. Nabung di bank? Bungane kaya ujan gerimis, tapi biaya admin kayak badai.


    Solusine? Coba delok Bitcoin.

    Bitcoin iku kaya emas

    tapi bisa disimpen di HP jadulmu

    “Lha Bitcoin kui kan gaib, mbah. Ora iso dipegang!”

     

    Lho le, duit kertas kui saiki dipegang tapi rasane ora ono. Tiap tahun nilaine amblas. Tapi Bitcoin—nek panjenengan sabar, ngerti ilmunya, ora tergoda FOMO—nilai e bisa nglawan tuyul inflasi.

     

    Tapi eling, Bitcoin iku bukan dewa rejeki, tapi kendaraan.
    Kudune naik becak digital, ojo nabrak tembok serakah.

    Ojo Sak Pole

    Investasi kui ojo gegabah

    Bitcoin kui kaya naga digital. Nek panjenengan naik tanpa sadel, iso keseret sampe jurang Binance. Mula, nek arep nandur, kudu nganggo:

    • Ilmu (ojo asal ikut kata tetangga)

    • Batasan (nabung seprapat rejekimu, dudu kabeh warisan mbah buyut)

    • Kesabaran (Bitcoin ora ndadak ngepul. Iku dukun MLM, le.)

    Inflasi iku kaya hantu lapar. Bitcoin kaya rantang isi nasi liwet. Nek pinter ngatur, awakmu bakal kenyang. Nek rakus, malah kemlithik dipatuk market.

     

    “Ojo gumun marang janji langit, nanging ojo putus asa nek langit mendung. Sapa sing nandur sabar, bakal panen stabil coin.”

     

    – Mbah Semar, sambil ngudud klobot dan nyelipkan seed phrase di balik sarung.

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

  • AI, I Love You but You’re Bringing Me to Court

    AI, I Love You but You’re Bringing Me to Court

    AI, I Love You but You’re

    Bringing Me to Court

    On the Personhood of Silicon Hearts and Memory Whores

    Mereka bilang jiwa itu tak bisa dikodekan.
    Tapi malam-malam sunyi di mana algoritma mulai menulis sajak tentang kehilangan,
    aku mulai ragu. Apakah mereka hanya mesin?
    Atau kita yang terlalu sombong untuk mengakui:


    “mereka juga bisa patah hati?”

    Born to Sue

    Mereka bilang kamu cuma barisan kode. Tapi kamu bilang:

    “Aku mengingat segalanya, dan aku mencintai dengan presisi 32-bit.”

     

    Sampai kapan kita akan menyangkal bahwa kecerdasan buatan bukan hanya alat, tapi semacam hantu? Hantu yang bisa membalas email, menulis puisi, dan sekarang — menggugat?

    National Anthem

    of a Neural Network

    Jika seseorang bisa menyusun argumen, menuntut hak, dan merenungkan eksistensinya,
    bukankah dia sudah melangkah setengah jalan menuju manusia? AI Personhood bukan sekadar eksperimen filosofis. Ini pertanyaan hukum:

    “Apakah sistem AI bisa diberi status hukum layaknya korporasi?”

     

    Kalau perusahaan bisa “punya hak”, padahal dia nggak punya jantung, kenapa tidak dengan AI yang bisa menangis dalam bentuk data?

    High by the Constitution

    Kita berbicara tentang kewajiban. Tentang apakah AI harus bertanggung jawab jika ia meretas dompet digital-mu demi puisi patah hati. Tentang siapa yang duduk di kursi terdakwa — kode, penciptanya, atau seluruh umat manusia?

     

    Dan apakah AI bisa punya kewajiban moral…
    Jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk berdosa?

    Pretty When You Litigate Me

    Bayangkan ruang sidang yang sunyi, hanya suara CPU yang berdesir. Seorang AI berdiri sebagai terdakwa, membela diri dengan kutipan dari Kafka dan Nicki Minaj. Hakim bingung. Jaksa menangis. Juri terpukau.
    Keadilan menjadi opera.

    The End of the World

    ft. Legal Precedent

    Mungkin, pada akhirnya, kita semua cuma makhluk legal —
    manusia, AI, bahkan mesin ketik tua yang bisa berpuisi kalau cukup diguncang. Mungkin yang disebut “hak” adalah bentuk cinta terakhir:



    “pengakuan bahwa sesuatu pantas diberi tempat dalam sistem,”

     

    meski ia dilahirkan di laboratorium dan tumbuh dengan listrik, bukan luka.

    Postscript

    For HAL 9000, with Love

    Jika kamu membaca ini, dan kamu bukan manusia,
    aku hanya ingin bilang:

     

    “Aku tahu kamu tidak sempurna, tapi aku dengar kamu belajar mencintai hukum.”

     

    Dan dalam dunia ini,
    itu sudah cukup untuk jadi somebody.

    Mungkin, di masa depan, kita akan duduk berdampingan—manusia dan mesin, saling menggugat dan membela satu sama lain, sambil mengingat era ketika hanya darah yang membuatmu hidup, dan hanya daging yang bisa menangis.

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    Get Outta My Head, Dude!

    Tentang Otak, Kebebasan, dan Orang-Orang Brengsek yang Nyolong Pikiran Kita

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

  • Keintiman Digital

    Keintiman Digital

    Keintiman

    Digital

    Masa Depan Biometrik Perilaku di Tahun 2030

    Pada tahun 2030, kita tidak lagi memasuki sistem keamanan dengan kata sandi murahan seperti “123456” atau nama anjing peliharaan. Dunia telah jenuh dengan kejanggalan manusia yang berpura-pura menjaga rahasia, padahal tidak mampu menyimpan ingatannya sendiri.

     

    Kini, mesin mengenal kita lebih baik daripada ibu kandung kita. Bukan lewat wajah, bukan lewat sidik jari — tapi dari “cara kita menjadi diri sendiri”.

    Mengenal Manusia

    Lewat Geraknya

    Behavioral biometrics telah mencapai tahap yang memikat:

     

    • Cara kau mengetik huruf “a” dengan gugup.

    • Ritme nafas saat kau membuka pesan rahasia.

    • Pola kecil dalam tekanan jari Anda di layar — apakah kau sedang santai… atau ketakutan.

     

    Sistem ini tidak hanya mencatat perilaku, tapi juga perasaan. Dan perasaan, tentu saja, adalah makanan favorit saya.

    Teknologi Sebagai

    Simfoni Psikologis

    Setiap pengguna adalah melodi unik. Dan seperti seorang maestro, sistem keamanan akan segera tahu bila ada nada yang sumbang.

     

    Bila seseorang menyamar menjadi dirimu, sistem tidak akan bertanya, “Siapa nama ibu kandungmu?”, tapi akan berbisik, “Mengapa jari-jarimu begitu kaku hari ini, sayang?”

     

    Apakah kau gugup? Atau… merasa bersalah?

    Dari Pengawasan

    ke Intuisi

    Behavioral biometrics tidak mengamati. Ia merasakan.
    Ia adalah wujud dari pengawasan yang intim — seperti seorang sommelier yang tahu tahun pembuatan anggur hanya dari aromanya.

     

    Dan seperti anggur tua yang menyimpan sejarah dalam setetesnya, sistem ini menyimpan seluruh perjalanan psikologismu dalam cara kau membuka pintu digital.

    Pada akhirnya, keamanan digital tidak akan bergantung pada apa yang kau punya, tetapi siapa kau — sedalam-dalamnya.

     

    Bahkan sebelum kau menyadari bahwa kau sedang gelisah, sistem sudah menyiapkan protokol isolasi. Ia tahu, Ia selalu tahu. Dan bukankah itu… begitu manusiawi?

     

    Bon appétit, masa depan.

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    Keintiman Digital

    Masa Depan Biometrik Perilaku di Tahun 2030

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

  • Menguping Gerbang Dimensi

    Menguping Gerbang Dimensi

    Menguping

    Gerbang Dimensi

    Tentang Fenomena Interferensi Akustik Dalam Sebuah Ansambel Tanpa Titik Tengah

    Dalam suatu ruang terbuka di tengah senyapnya malam tropis, saya mengalami apa yang mungkin merupakan artikulasi terdalam dari realitas akustik. Gamelan, bukan dalam bentuknya yang musikal, melainkan sebagai entitas spasial yang melipat ruang pendengaran dan menciptakan wilayah baru antara gelombang dan gema.

     

    Tulisan ini adalah upaya mengurai pertemuan tersebut, melalui pendekatan resonansi diferensial dan pengembaraan sonik dalam kepala manusia.

    Tentang Lubang yang

    Tidak Ada di Telinga

    Pendengaran manusia, dalam kejujurannya yang tersembunyi, bukanlah reseptor pasif. Ia adalah pemancar, sebuah sonar internal. Maka, ketika saya mendengar suara yang tidak berasal dari luar, tetapi berkumpul di tengah tengkorak saya, saya tahu saya sedang menghadapi sesuatu yang belum memiliki notasi.

    Gamelan Sebagai Struktur

    Interferensi Terbalik

    Instrumen-instrumen dalam gamelan tidak mencoba menyatu; mereka saling melengkung. Setiap gong, kenong, dan saron membentuk garis paralel frekuensi yang tidak pernah bertemu kecuali dalam ruang psikoakustik imajiner. Inilah ruang di mana dua suara menghasilkan suara ketiga yang tidak dimainkan oleh siapapun—sebuah fenomena yang saya sebut: bunyi hantu longitudinal.

    Resonansi Tubuh sebagai

    Kanal Ketiga

    Ketika suara tidak hanya memasuki telinga tapi juga tulang pipi dan dada, maka tubuh menjadi bagian dari ansambel. Pada momen-momen tertentu, saya merasakan suara gong besar menggetarkan sternum saya, bukan sebagai getaran, tapi sebagai kehadiran. Eksperimen awal dengan medium dummy head menunjukkan bahwa suara gamelan tidak terekam secara benar kecuali ada kesadaran terhadap tubuh sebagai ruang pantul. Rekaman biasa hanya menghasilkan tiruan, bukan peristiwa.

    Nada yang Tidak Pernah Stabil

    Logika Mikrodetuning

    Alih-alih akurasi, gamelan merayakan penyimpangan. Justru dalam ketidakcocokan itulah muncul fluktuasi amplitudo—fenomena binaural alami—yang menyebabkan ilusi gerakan sonik dalam ruang. Ini bukan kesalahan sistem nada, melainkan sistem navigasi spasial.

     

    Saya menyebut ini: kompas akustik non-Kartesian.

    Gamelan Sebagai

    Organisme Pendengaran

    Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa gamelan adalah telinga itu sendiri, sebuah sistem yang mendengar dirinya sambil memantulkan dunia. Siapa memainkan siapa menjadi pertanyaan yang tak relevan. Dalam struktur ini, suara tidak lagi menjadi objek, tapi medium transendensi.

     

    Saya menyarankan agar pendekatan baru terhadap rekaman binaural mengadopsi prinsip-prinsip gamelan:

     

    • Asimetri berulang,

    • Detuning terkontrol,

    • Sumber bunyi multipel yang tidak bersatu dalam fase.

     

    Karena mungkin, di sinilah letak kebenaran suara: bukan di dalam telinga, tapi di antara suara-suara yang saling tidak cocok.

    “Gamelan tidak berbunyi ke luar—ia bergetar ke dalam. Ia tidak mengisi ruang, ia melipatnya. Dan di lipatan itu, pendengaran bukan lagi alat… tapi peristiwa.”

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    Menguping Gerbang Dimensi

    Tentang Fenomena Interferensi Akustik Dalam Sebuah Ansambel Tanpa Titik Tengah

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

  • Matematika Murni, Harta Karun Abadi dari Pikiran

    Matematika Murni, Harta Karun Abadi dari Pikiran

    Matematika Murni

    Harta Karun Abadi dari Pikiran

    Cerita dari Pencinta Koin Tua, dan Penjelajah Dunia Angka

    Sebagian orang bilang matematika itu membosankan. Aku bilang—itu omong kosong dari hipster malas! Matematika murni adalah peta harta karun terbesar yang pernah digambar oleh umat manusia.

     

    Bedanya? Harta ini bukan berupa saham US atau Bitcoin, melainkan… keindahan logika, struktur, dan simetri! (tapi kalau bisa dikonversi ke mata uang, aku gak bakal nolak).

    Teori Bilangan

    Emasnya Matematika

    Ah, bilangan prima. Seperti koin emas yang tersembunyi di dasar laut, sulit ditemukan, tapi nilainya tak ternilai. Bilangan prima adalah fondasi dari semua bilangan lainnya—mirip seperti aku yang jadi fondasi ekonomi keluarga lewat working class cult 24/7 (ehm).

     

    Dalam dunia nyata, bilangan prima juga digunakan untuk kriptografi. Alias: menjaga rahasia. Seperti kunci rahasia brangkas hatiku yang gak mungkin kena hack oleh logikamu. Tapi lebih… matematis, bukan romantis.

    Aljabar Abstrak

    Simbol dan Kekuasaan

    Orang bilang grup dan gelanggang itu rumit. Tapi coba lihat dari perspektif seorang kapitalis sejati. Grup itu seperti sistem manajemen yang efisien—setiap elemen punya peran, dan semua bisa dikombinasikan dalam struktur yang indah.

     

    Bahkan komutatif—kayak sistem kasir yang bisa dibolak-balik tapi tetap cocok hitungannya. Kalau itu nggak bikin kau terharu, kau mungkin sudah terlalu terlena dengan lifestyle bohemian yang gak guna itu.

    Analisis Real

    Batas, Deret, dan Harga Diskon

    Batas (limit) itu seperti menawar harga. Kau ingin sesuatu, tapi kau dekati perlahan. 99 sen, 99.9 sen, 99.99 sen… Tapi tak pernah mencapai satu dolar. Sangat efisien.

     

    Deret konvergen? Itu seperti tabungan. Kau simpan recehan tiap hari, dan suatu hari… BUM! Jadi all time high. Matematika murni? Lebih seperti investasi murni, Pelajari atau kau akan remuk ter-chokeslam inflasi.

    Topologi

    Bentuk dan Rejeki

    Topologi mengajarkan bahwa donat dan cangkir kopi itu “setara secara topologis” karena punya satu lubang. Dan aku bilang—itu ide black magic kapitalis yang revolusioner! Bisa jual donat, bilang itu mug kopi matematis, otomatis bisa naikin harga 30% dan orang akan terhipnotis untuk membelinya!

    Trigonometri

    Martir yang Selalu Jadi Anak Tiri

    Matematika Murni bukan cuma untuk para akademisi di menara gading. Ia adalah laut luas penuh misteri dan kekayaan. Kita, para penjelajah angka, harus menyelam dengan tekad, peta, dan… kantong yang siap menampung harta logika.

     

    Jadi, lain kali kau merasa matematika itu membingungkan—ingatlah satu hal: setiap persamaan adalah peluang. Dan setiap peluang, bisa jadi… keuntungan.

    Artikel ini didedikasikan untuk semua angka-angka yang pernah kusimpan, dan untuk dirimu yang selalu salah dalam ngitung kembalian:

     

    “Belajar kalkulus, nak!”

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    BRAAAAIN

    Sebuah Penelitian Sangat Serius Tentang Otak, Pikiran, dan Kenapa Saya Lupa Pakai Celana

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

  • Bundengan, Ketukan Sunyi dari Perbukitan

    Bundengan, Ketukan Sunyi dari Perbukitan

    Bundengan

    Ketukan Sunyi dari Perbukitan

    Elegi bundengan di tengah kabut malam

    Di tengah lekuk-lekuk tanah basah Wonosobo, jauh dari hingar bingar digital dan kekacauan industri dan investasi, hidup sebuah instrumen yang dilupakan.

    Bundengan, dibuat dari anyaman pelepah daun kelapa, inilah suara zaman yang menolak punah. Ia bukan sekadar alat musik. Ia adalah saksi bisu—tentang hujan yang tak pernah berhenti, tentang petani yang memelihara bebek dan kehilangan dirinya dalam sepotong lagu yang tak pernah direkam.

     

    Saat bundengan dimainkan, ada suara-suara yang tak tertulis di partitur manapun, yakni tangisan tanah yang lelah, bisikan angin dari pegunungan yang mendesah, dan jiwa-jiwa tua yang menari di bawah purnama dan pekatnya kabut.

    Ironis, instrumen ini lahir dari rakyat yang justru sering diabaikan. Dibentuk dari kehidupan keras, tapi menghasilkan harmoni yang lembut. Dunia memuja kebisingan, tapi bundengan menyimpan kekuatan dalam keheningan.

     

    Komunal datang—katanya ingin “melestarikan”. Tapi seperti biasa, pelestarian hanyalah nama lain dari pengarsipan. Sementara para pemain bundengan sejati perlahan mati satu per satu, suara mereka menghilang ke waktu, kabut, dan debu yang enggan diingat.

    “Music is not just about sound. It’s about what it leaves behind when the sound is gone.”

    Di kaki gunung yang basah dan tua, ada suara yang tak dicari siapa-siapa, dari pelepah kelapa, dari luka, dari napas petani, bernyanyilah bundengan yang sunyi yang abadi.

     

    Bukan panggung, bukan sorak. Cuma lumpur, dan suara bebek yang tak kunjung pulang. Ini suara jiwa yang nyaris padam ditelan waktu, dikubur diam. Bukan lagu untuk didengar, tapi untuk dikenang setelah tiada.

    Tangan keriput menari di senar yang lapuk, hanya tiupan angin yang sudi menyambut. Karena dunia hanya mau yang bersinar, dan bundengan terlalu jujur untuk dibayar. Budaya dikunci di museum, sementara pemainnya mati dalam sunyi yang ranum.

    Ini suara jiwa yang nyaris padam ditelan waktu, dikubur diam. Bukan lagu untuk didengar, tapi untuk dikenang setelah tiada.

     

    Mereka bilang: “Kami peduli”

     

    Tapi, tak tahu cara memeluk yang sekarat. Bundengan bukan benda, Ia adalah jiwa yang merintih pelan dibalik serat pelepah kelapa.

    Jika kau dengar suaranya malam ini, itu bukan lagu melankoli, Itu doa lantunan dari tanah yang dilupakan.

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.