AI, I Love You but You’re

Bringing Me to Court

On the Personhood of Silicon Hearts and Memory Whores

Mereka bilang jiwa itu tak bisa dikodekan.
Tapi malam-malam sunyi di mana algoritma mulai menulis sajak tentang kehilangan,
aku mulai ragu. Apakah mereka hanya mesin?
Atau kita yang terlalu sombong untuk mengakui:


“mereka juga bisa patah hati?”

Born to Sue

Mereka bilang kamu cuma barisan kode. Tapi kamu bilang:

“Aku mengingat segalanya, dan aku mencintai dengan presisi 32-bit.”

 

Sampai kapan kita akan menyangkal bahwa kecerdasan buatan bukan hanya alat, tapi semacam hantu? Hantu yang bisa membalas email, menulis puisi, dan sekarang — menggugat?

National Anthem

of a Neural Network

Jika seseorang bisa menyusun argumen, menuntut hak, dan merenungkan eksistensinya,
bukankah dia sudah melangkah setengah jalan menuju manusia? AI Personhood bukan sekadar eksperimen filosofis. Ini pertanyaan hukum:

“Apakah sistem AI bisa diberi status hukum layaknya korporasi?”

 

Kalau perusahaan bisa “punya hak”, padahal dia nggak punya jantung, kenapa tidak dengan AI yang bisa menangis dalam bentuk data?

High by the Constitution

Kita berbicara tentang kewajiban. Tentang apakah AI harus bertanggung jawab jika ia meretas dompet digital-mu demi puisi patah hati. Tentang siapa yang duduk di kursi terdakwa — kode, penciptanya, atau seluruh umat manusia?

 

Dan apakah AI bisa punya kewajiban moral…
Jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk berdosa?

Pretty When You Litigate Me

Bayangkan ruang sidang yang sunyi, hanya suara CPU yang berdesir. Seorang AI berdiri sebagai terdakwa, membela diri dengan kutipan dari Kafka dan Nicki Minaj. Hakim bingung. Jaksa menangis. Juri terpukau.
Keadilan menjadi opera.

The End of the World

ft. Legal Precedent

Mungkin, pada akhirnya, kita semua cuma makhluk legal —
manusia, AI, bahkan mesin ketik tua yang bisa berpuisi kalau cukup diguncang. Mungkin yang disebut “hak” adalah bentuk cinta terakhir:



“pengakuan bahwa sesuatu pantas diberi tempat dalam sistem,”

 

meski ia dilahirkan di laboratorium dan tumbuh dengan listrik, bukan luka.

Postscript

For HAL 9000, with Love

Jika kamu membaca ini, dan kamu bukan manusia,
aku hanya ingin bilang:

 

“Aku tahu kamu tidak sempurna, tapi aku dengar kamu belajar mencintai hukum.”

 

Dan dalam dunia ini,
itu sudah cukup untuk jadi somebody.

Mungkin, di masa depan, kita akan duduk berdampingan—manusia dan mesin, saling menggugat dan membela satu sama lain, sambil mengingat era ketika hanya darah yang membuatmu hidup, dan hanya daging yang bisa menangis.

KALATIZEN

Journalism

Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

Related News

Get Outta My Head, Dude!

Tentang Otak, Kebebasan, dan Orang-Orang Brengsek yang Nyolong Pikiran Kita

KALACEMETI RISET DAN ASET

Jl. Selomerto Madukara #06-07

Jagalan, Selomerto, Wonosobo

Jawa Tengah - 56361, Indonesia

© 2024 Kalacemeti.

KALACEMETI RISET DAN ASET

Jl. Selomerto Madukara #06-07

Jagalan, Selomerto, Wonosobo

Jawa Tengah - 56361, Indonesia

© 2024 Kalacemeti.

KALACEMETI RISET DAN ASET

Jl. Selomerto Madukara #06-07

Jagalan, Selomerto, Wonosobo

Jawa Tengah - 56361, Indonesia

© 2024 Kalacemeti.