
You Belong with Genes
Saat Hukum dan Genetika Menulis Lagu Baru Bersama
Di dunia di mana kita bisa menyunting gen seperti Taylor Swift menyunting lirik—tepat, tajam, dan penuh perasaan—muncul pertanyaan penting: siapa yang menulis aturan mainnya?
Rekayasa genetik bukan lagi dongeng sci-fi. Kita bisa mengedit DNA, menghapus penyakit, atau bahkan (katanya) “mendesain” bayi. Tapi sebelum kita semua dancing barefoot in a lab coat, kita perlu tahu: apakah kita siap? Kebijakan bioetika bukan sekadar hukum. Dia adalah penjaga malam yang bilang, “Are you sure this is a good idea?” waktu kita lagi tergoda buat main jadi Tuhan.
CRISPR, alat pengedit gen yang secepat beat drop di chorus, bikin semuanya mungkin. Tapi kemungkinan itu kayak lagu sedih—indah, tapi berbahaya. Tanpa regulasi:
Apakah anak hasil rekayasa gen masih manusia biasa?
Siapa yang bertanggung jawab kalau editannya gagal?
Apakah hanya yang kaya yang bisa punya “anak sempurna”?
Bayangin dunia di mana manusia bisa dibeli kayak limited edition vinyl. Bukan itu yang kita mau, kan?
Bioetika bilang: sebelum kamu menyentuh gen, kamu harus menyentuh nurani. Maka muncullah usulan kebijakan:
Larangan penuh terhadap editing gen untuk tujuan estetika. (Sorry, mata biru dan tinggi ideal harus tetap alami.)
Pengawasan ketat oleh badan etika internasional. No rogue scientists allowed.
Konsen penuh dari subjek (atau orang tua). Karena setiap gen yang kamu ubah, ada masa depan yang berubah.
Larangan komersialisasi DNA. Gen bukan NFT.
Negara-negara mulai bergerak. China, AS, Uni Eropa—semua berlomba menetapkan batas. Tapi ini bukan tentang siapa yang paling cepat. Ini tentang siapa yang bisa menulis masa depan tanpa merusaknya. Mungkin kita belum tahu ending-nya. Tapi seperti lagu-lagu Taylor, kita tahu satu hal: setiap cerita butuh rasa, tanggung jawab, dan keberanian. Dan kebijakan bioetika adalah chorus yang mengingatkan kita untuk tidak kehilangan sisi manusia dalam simfoni genetik ini.
Kalau kita bisa menyentuh bintang, harusnya kita juga bisa menyentuh hati—dengan hukum yang adil, etis, dan penuh cinta. Karena masa depan bukan hanya soal kemungkinan, tapi juga tentang pilihan. Dan semoga, saat generasi selanjutnya membaca cerita kita, mereka bilang:
“That was golden.”
Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.
Saat Hukum dan Genetika Menulis Lagu Baru Bersama
Tentang Otak, Kebebasan, dan Orang-Orang Brengsek yang Nyolong Pikiran Kita
On the Personhood of Silicon Hearts and Memory Whores