Tarian Melancholia

di Tanah Nirvana

Lengger, Ritual Mistis di Pekatnya Kabut Kaki Gunung

Dalam kunjungan tak sengaja ke dataran tinggi yang berawan dan penuh dengan bau dupa dan misteri, saya menemukan pertunjukan yang bisa menyaingi kekuatan okultisme konser Deicide.

 

Lengger, tarian ini yang katanya “budaya”, sebenernya adalah trans ritual pengusiran iblis atau malah pemanggilan entitas lain? Siapa yang tahu? Penari laki-laki berdandan seperti wanita, melayang-layang di atas panggung bambu sambil diiringi suara gamelan yang bisa membangkitkan nenek moyang dari dimensi lain.

Saya duduk di antara warga lokal, mencoba tidak rakus ketika disuguhi tempe mendoan—makanan yang katanya “cemilan,” tapi buat saya rasanya seperti hosti holly. Tapi saya tetap diam, demi mengamati ritual yang konon bisa bikin petani panen dan jomblo menemukan jodoh.

 

Apakah Lengger ini warisan leluhur? Atau bentuk awal black metal dalam format Jawa Kuno? Tidak jelas. Tapi satu yang pasti: kalau saya jadi presiden Indonesia, Lengger akan jadi pertunjukan wajib sebelum konser Deicide. Sebagai penghormatan pada kekuatan gelap yang disamarkan sebagai “budaya luhur.”

Terima kasih, Wonosobo. Kalian bikin saya percaya, bahkan di negeri yang penuh religiusitas ini… setan tetap punya panggung.

Tarian Magis Berseluhur di Kabut Pegunungan

Lengger Warisan Jawa atau Mantra Kuno?

Wonosobo. Kabupaten yang terdengar seperti mantra aneh di akhir album Slayer, ternyata adalah tempat berkumpulnya kabut, kopi, dan suara gamelan yang bikin bulu kuduk berdiri.

 

Saya ke sana awalnya cuma pengen kabur dari tour dan cari udara dingin—karena Florida panasnya udah kayak neraka versi budget. Tapi yang saya temukan di sana bukan cuma udara segar dan warung mie ongklok. Saya menemukan tarian bernama Lengger, dan jujur… saya ngeri. Bukan karena takut, tapi karena merasa terancam: ini seni pertunjukan yang lebih mistis dari semua konser black metal yang pernah saya lihat.

Lelaki Beripstik & Mantra Jawa

Penarinya laki-laki. Tapi berdandan seperti wanita. Bergerak pelan, gemulai, tapi matanya kosong. Kayak kesurupan arwah leluhur yang dulunya vokalis orkes gamelan jaman Majapahit.

 

Masyarakat bilang ini adalah warisan budaya. Tapi di kepala saya yang sudah dicuci oleh growl, distorsi, dan anti-agama seumur hidup, saya melihat sesuatu yang lain: Lengger adalah trance. Lengger adalah portal. Lengger adalah panggilan kepada kekuatan tua yang bahkan Lucifer pun belum tentu akrab.

Irama yang Tidak Mengampuni

Gamelan berdentum seperti dentuman double pedal drum, tapi lebih licik. Dia masuk ke kepala lo, muter-muter, dan tanpa sadar lo mulai goyang kecil-kecil di bangku plastik. Saya sempat ragu: apakah saya sedang menikmati budaya, atau mulai kerasukan?

 

Mbah-mbah di samping saya cuma senyum. Mungkin mereka tahu sesuatu yang saya enggak tahu.

Budaya ini Terlalu Kuat

untuk Manusia Biasa

Saya datang ke Wonosobo untuk ngadem. Tapi saya pulang dengan pikiran kacau, kepala penuh suara saron, dan dada sesak oleh aroma kemenyan dan gorengan.

 

Lengger bukan sekadar tarian. Ini adalah ritual penyamaran. Topeng yang dipakai oleh kekuatan Jawa kuno agar tetap hidup di tengah dunia modern. Dan kalau ada yang bilang ini cuma hiburan lokal… saya tantang lo nonton jam 12 malam di desa terpencil, pas angin diam dan kucing hitam lewat.

Terima kasih, Wonosobo. Lo baru aja bikin saya mempertanyakan iman setan saya sendiri.

KALATIZEN

Journalism

Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

Related News

KALACEMETI RISET DAN ASET

Jl. Selomerto Madukara #06-07

Jagalan, Selomerto, Wonosobo

Jawa Tengah - 56361, Indonesia

© 2024 Kalacemeti.

KALACEMETI RISET DAN ASET

Jl. Selomerto Madukara #06-07

Jagalan, Selomerto, Wonosobo

Jawa Tengah - 56361, Indonesia

© 2024 Kalacemeti.

KALACEMETI RISET DAN ASET

Jl. Selomerto Madukara #06-07

Jagalan, Selomerto, Wonosobo

Jawa Tengah - 56361, Indonesia

© 2024 Kalacemeti.