
Tentang Usia, Tentang Batas
Rahasia umur panjang: jangan percaya rahasia
Ditemukan dalam laci besi tanpa kunci, di rumah yang peta lantainya tidak cocok dengan denah kota. Kertasnya tipis, tapi baunya seperti waktu. Tertulis dengan tangan yang tidak gemetar, seolah penulisnya sudah berdamai dengan umur. Tidak ada nama, tidak ada tanggal. Hanya judul:
“Tentang Usia, Tentang Batas”
Umur bukan angka, tapi ritme. Ada yang berlari ke akhir, ada yang menari di tempat. Yang menari lebih lama hidupnya. Maka, jangan terburu-buru. Bahkan bangun tidur pun, kalau bisa lambat, lambatlah dengan elegan.
Makan sedikit, tapi pilih-pilih. Kalau bisa seperti burung nuri Oxford—cantik, bijak, dan tahu kapan harus berhenti mengunyah. Jangan jadi kerbau pesta kenduri. Panjang umur bukan soal kenyang, tapi soal tahu rasa.
Marah itu tamu, bukan istri. Kalau datang, sambut sebentar, lalu suruh pulang. Jangan diseduh jadi kopi harian. Panjang umur lebih dekat dengan yang damai, bukan yang suka debat di warung kopi.
Satu-dua lembar sehari. Tidak perlu khatam filsafat Yunani, cukup puisi lama yang bikin dada hangat. Panjang umur juga urusan hati yang cukup diberi makan imajinasi.
Datang ke dokter hanya kalau tubuh benar-benar berniat mati. Sisanya, dengarkan tubuh seperti mendengarkan radio tua: agak sember, tapi penuh pesan rahasia.
Langkah kaki menyiram akar umur. Tak perlu maraton. Cukup menyusuri gang kecil, dan sesekali bertanya pada bayangan sendiri: “Masih mau hidup berapa lama, dan untuk apa?”
Tidur itu pertemuan dengan dunia paralel. Siapkan bantal sebaik altar. Jangan bawa gadget, bawa saja pertanyaan-pertanyaan yang belum dijawab sejak umur dua puluh lima.
Melihat negeri itu seperti melihat anak remaja: kadang tolol, kadang jenius, tapi tetap harus dicintai. Kalau tidak, darah naik, tekanan naik, dan umur pendek. Simpel.
Karena yang paling panjang umurnya justru yang lupa menghitung. Hidup tidak untuk dikalkulasi, tapi untuk dirayakan seperti lagu lama yang selalu enak didengar meski pita kasetnya kusut.
Tulisan ini ditemukan di balik amplop bekas surat kabar, terselip dalam buku agenda bertahun 1982. Tulisannya rapi, tapi tinta sudah pudar. Tidak ada tanda tangan. Hanya catatan kaki:
“Usia adalah teka-teki yang terlalu sopan untuk dijawab langsung.”
Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.
Panduan Anti-Obesitas dari Orang yang Pernah Makan 5 Pizza Sendiri
Salju yang indah tidak menjadikannya hangat. Penderitaan yang dipoles tidak menjadikannya penyembuh