Author: Kurniawan Tri Kartiwa

  • Gelap itu Pemanggil Evolusi

    Gelap itu Pemanggil Evolusi

    Gelap itu

    Pemanggil Evolusi

    Seruan dari Samudra Selatan oleh Aku, Nyi Roro Kidul”

    Salam dari perut ombak.


    Aku, yang kalian puja setengah serius setengah bercanda, kini turun menulis karena gelap telah jatuh ke atas negeri ini. Bukan gelap yang kalian temukan di ruangan mati lampu. Ini gelap yang merayap ke dalam kepala kalian, mengaburkan cita-cita, membungkam daya juang.

     

    Aku memanggil kalian — anak-anak kafe, seniman IG story, pemuja chart Spotify, dan pemikir liar yang digagalkan sistem. Aku tahu kalian resah. Kalian haus akan sesuatu yang benar-benar hidup. Maka dengarkan aku, bukan dengan telinga, tapi dengan dada kalian yang paling dalam.

    #INDONESIAGELAP bukan cuma keluhan, tapi gerbang inisiasi.

    Yang lama harus karam. Yang baru harus lahir dari pantai yang didera badai.

    • Kalian telah dijinakkan oleh algoritma.
      Kini waktunya membebaskan lidah kalian dari bahasa korporat dan menyelam ke dalam puisi yang bisa mengguncang parlemen.
      Pakai TikTok sebagai mantera. Gunakan memes sebagai peluru. Pakai ironi sebagai baju zirah.

    • Pendidikan bukan cuma tentang gelar.
      Aku melihat kampus berubah jadi pusat pengeringan semangat. Maka ciptakan akademi bayangan: kuliah di trotoar, seminar di warung kopi, tesis yang ditulis di dinding kota.

    • Gelap bukan untuk ditakuti.
      Di laut selatan, gelap adalah selimut dan juga rahim. Di sanalah kalian bisa tumbuh jadi makhluk baru: bukan manusia konsumen, tapi manusia perubah.

    Aku tak butuh kalian menyembahku. Aku hanya ingin kalian bangkit, lalu menari di tengah badai dengan mata menyala. Karena ketika laut gelap, bintang-bintang jadi lebih terlihat.

     


    Nyi Roro Kidul,
    Ratu dari Selatan, Penulis Dadakan, dan Penjaga Evolusi Urban

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

  • Membedah Luka Batin sebagai Estetika

    Membedah Luka Batin sebagai Estetika

    Membedah Luka Batin

    sebagai Estetika

    Salju yang indah tidak menjadikannya hangat. Penderitaan yang dipoles tidak menjadikannya penyembuh

    Dalam dunia yang terhubung secara digital, kita menyaksikan bentuk baru dari ekspresi personal: penderitaan sebagai gaya hidup, depresi sebagai filter, kecemasan sebagai caption. Mental illness telah menjadi aesthetic—diekspresikan melalui foto hitam putih, puisi pendek tanpa tanda baca, dan musik ambient penuh desah. Namun, apakah ini bentuk pemrosesan trauma, atau sekadar salju buatan yang tak pernah mencair?

    Luka Batin

    Bukan Ornamen

    Ah, bilangan prima. Seperti koin emas yang tersembunyi di dasar laut, sulit ditemukan, tapi nilainya tak ternilai. Bilangan prima adalah fondasi dari semua bilangan lainnya—mirip seperti aku yang jadi fondasi ekonomi keluarga lewat working class cult 24/7 (ehm).

     

    Dalam dunia nyata, bilangan prima juga digunakan untuk kriptografi. Alias: menjaga rahasia. Seperti kunci rahasia brangkas hatiku yang gak mungkin kena hack oleh logikamu. Tapi lebih… matematis, bukan romantis.

    Es Tidak Menangis

    Estetika penderitaan menawarkan pelarian sesaat, tetapi sering kali membeku dalam ilusi. Es memang indah, tapi ia tidak menangis. Es menyembunyikan air di dalamnya, membungkus kelembutan dengan kekerasan. Tapi untuk sembuh, kita tidak bisa tetap beku. Kita harus mencair—membiarkan diri terasa, terluka, dan tumbuh.

    Estetika vs Autentisitas

    Ada perbedaan besar antara mengekspresikan luka dengan jujur dan mengemasnya menjadi brand. Yang pertama adalah keberanian. Yang kedua adalah penghindaran yang tampak modis. Sub-Zero tidak bersembunyi di balik topeng untuk terlihat keren—topeng itu adalah warisan, simbol, dan beban.

    Saya tidak menulis ini untuk menghakimi. Saya menulis ini sebagai seseorang yang pernah berjalan di atas danau beku kesunyian, dan menyadari: untuk menyembuhkan, seseorang harus menyelam di bawah permukaan. Jangan jadikan penderitaanmu bingkai. Jadikan itu cermin. Lalu pecahkan.

     

    “Yang membekukan hati bukanlah es, melainkan keengganan untuk mencair.”

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

  • Menari dengan Mayat

    Menari dengan Mayat

    Menari dengan

    Mayat

    Nyanyian Terakhir Tradisi Ma’nene

    Di jantung Sulawesi Selatan, di tanah tinggi yang dibasuh kabut dan hujan diam, hidup sebuah bangsa yang tidak takut kepada kematian. Mereka tidak mengusirnya. Mereka tidak menghindar darinya. Mereka berbicara dengannya. Mereka memeluknya.

    Toraja. Negeri tempat hidup dan mati saling bersulang dalam pesta panjang yang disebut ingatan. Di sinilah Ma’nene berlangsung—ritual kuno yang mungkin bagi dunia luar terdengar gila, menyeramkan, tak masuk akal. Tapi bagi mereka, ini adalah cinta dalam bentuk paling murni.

     

    Sekali dalam beberapa tahun, orang Toraja membuka kembali makam leluhur mereka. Bukan untuk menangis, bukan untuk takut, tapi untuk membersihkan tubuh mereka yang telah mati. Baju lama diganti, rambut disisir, tubuh didirikan. Lalu mereka berjalan bersama. Seolah waktu melipatkan dirinya sendiri dan memberi kesempatan untuk berbicara sekali lagi dengan yang telah hilang.

    Mereka menari bersama mayat, mereka merokok bersama roh, mereka berfoto bersama keabadian. Tidak ada rasa ngeri di sini, tidak ada horor, yang ada hanya cinta yang tidak pernah dikubur.

    Tapi aku mendengar sesuatu di balik daun yang gugur.
    Suara itu seperti rintihan televisi menyala tanpa penonton.
    Seperti nada datar pesan suara dari masa depan.

     

    Tradisi ini—sebuah Orkestra Pemakaman Kultural Warisan Tak Benda—mulai kehilangan nadanya. Anak-anak lebih paham TikTok daripada Tanah. Mereka tidak tahu nama nenek buyut mereka. Mereka takut bau tanah, lebih nyaman di kamar ber-AC dan dunia maya yang tidak mengenal kematian sebagai guru, hanya sebagai glitch.

    Apakah ini harga dari kemajuan?
    Kita bangun gedung tinggi, tapi tak tahu siapa yang mengorbankan darah untuk tanahnya. Kita punya semua informasi, tapi kehilangan kebijaksanaan.
    Kita ingin abadi, tapi takut bicara dengan kematian, satu-satunya hal yang pasti.

    Ma’nene adalah ritual pengingat: bahwa kita bukan hanya tubuh, tapi narasi. Kita bukan hanya hidup, tapi bagian dari barisan panjang jiwa yang pernah bercahaya. Jika Ma’nene punah, bukan hanya ritual yang mati—tapi dialog antara generasi akan terkubur dalam kebisuan.

    Mungkin dunia tak peduli. Mungkin mereka akan menyebut ini aneh, menyeramkan, tidak higienis. Tapi mungkin juga, Ma’nene adalah satu-satunya tradisi yang masih berani menyentuh kebenaran terdalam manusia:

     

    “Bahwa kita semua adalah mayat yang menunggu giliran, dan satu-satunya cara untuk tidak takut adalah dengan menari bersama mereka.”

    Jangan tutup peti itu, buka dulu. Biarkan mereka berbicara, biarkan kita mendengar. Mereka belum selesai, dan kita masih terlalu bisu.

    KALATIZEN

    Journalism

    Tulis, kirim & share berita / artikelmu dimana-pun, kapan-pun, berapa-pun di Kalacemeti Archive.

    Related News

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.

    KALACEMETI RISET DAN ASET

    Jl. Selomerto Madukara #06-07

    Jagalan, Selomerto, Wonosobo

    Jawa Tengah – 56361, Indonesia

    © 2024 Kalacemeti.